Tag Cloud

Diberdayakan oleh Blogger.

Sekarang pukul...

Mengenai Saya

Foto saya
Seorang gadis biasa yang masih diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk hidup di dunia ini untuk mencari pahala sebanyak-banyaknya dan mengamalkan segala yg aku miliki. Saat ini aku sedang menempuh S1 jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia di Unesa. Aku sangat tidak menyukai seorang "Penjilat". Satu hal tentangku. *Pemalu tapi Seruu. Berbahaya! haha ^^*

Kamis, 22 Oktober 2015

Entahlah, Kutulis Saja Tentang Hari Ini

Sebenarnya saya bingung akan menulis tentang apa untuk #30DCW hari ini. Hari ini banyak saya habiskan untuk membuat modul pembelajaran bahasa Indonesia. Hal itu saya lakukan demi kelancaran saya dalam memberi kursus bahasa Indonesia bagi seorang ekspatriat berkebangsaan Korea. Hingga akhirnya, jujur saya lupa akan target 30 days writing challenge yang saya ikuti. Pulang mengajar, pada pukul 21.10, pun saya langsung merebahkan diri di tempat tidur selama beberapa menit hingga akhirnya teringat akan target menulis yang harus saya penuhi.

Baiklah, saya akan memulai kisah saya hari ini. Saya belum cukup tidur selama seharian (rabu malam - detik ini). Saya begadang untuk menyelesaikan modul pembelajaran bahasa Indonesia yang sudah saya janjikan kepada Tuan Chang Woo Suh. Hmmmm... Mata saya rasanya benar-benar lelah meskipun saya sudah terbiasa begadang untuk menyelesaikan suatu proyek. Ditambah lagi sakit punggung yang mendera sejak seminggu belakangan ini membuat badan saya semakin lelah. Fokus saya terhadap pembuatan modul itu pun membuat saya jadi lupa makan hingga akhirnya maag mendera tubuh saya yang kelelahan. Saya memutuskan untuk makan terlebih dahulu kemudian melanjutkan tugas saya.

Jam sudah menunjukkan pukul 14.00 ketika saya telah berhasil menyelesaikan tugas saya untuk menyusun modul. Saya segera mandi karena memang belum mandi. Sungguh bau badan saya sangat tidak karuan, hehe. Setelah mandi, saya salat Duhur kemudian saya menuju tempat percetakan dokumen yang berjarak sekitar 3 km dari rumah saya. Hemmm... Maklum, printer di rumah sedang rusak, jadi mau tidak mau saya harus mencetak modul di tempat percetakan.

Ketika sampai rumah, waktu sudah beranjak ke pukul 16.00. Semakin dekat dengan jadwal mengajar saya. Hmm... Rasanya sangat ingin untuk tidur barang sejenak. Tapi, saya harus membantu ibu saya membersihkan rumah. Baiklah, saya kerjakan. Setelah membersihkan rumah, saya salat Asar. Aduuuh... Mata saya sudah tidak bisa kompromi. Saat salat, saya terus menguap sampai mata saya berair. Saya mencoba tidur tapi tetap tidak bisa tidur. Akhirnya, saya menonton televisi sajalah.

Adzan Magrib berkumandang untuk wilayah Surabaya dan sekitarnya. Saya segera mengambil wudhu dan menjalankan salat Magrib. Pukul 18.00, saya mandi lagi karena merasa tidak enak terhadap Tuan Suh jika saya mengajarnya dalam keadaan belum mandi. Sekira pukul 18.15 saya selesai mandi dan bersiap untuk berangkat.

Pukul 18.35 saya berangkat menuju rumah Tuan Suh. Sepanjang perjalanan dari Wisma Lidah Kulon hingga Citraland Pakuwon, saya tidak berhenti menguap. Oh, mengantuk sekali rasanya.

Pukul 18.56 saya tiba di rumah Tuan Suh. Beliau menyapa saya dengan sapaan khasnya dan mempersilakan saya duduk di tempat yang telah disiapkan. Pelajaran bahasa Indonesia untuk Tuan Suh hari ini adalah tentang bagian tubuh manusia, posisi dan arah mata angin, dan cara bertata krama yang baik.

Pelajaran hari ini menurut saya sangat menyenangkan karena Tuan Suh juga mengajari saya tentang huruf dalam bahasa Korea dan cara menulis, menggabungkan, serta melafalkan huruf-huruf tersebut. Ternyata ada teknik untuk melakukan itu dan membuatnya menjadi lebih mudah untuk dipelajari. Kami juga sedikit membahas tentang satu di antara lagu Korea yang sangat bermakna untuk saya. Lagu itu berjudul Haeng Bok Hagil Barae. Kalau belum tahu, coba cari dan unduh lagunya di Google. Lagunya sangat indah.

Setelah satu setengah jam kegiatan belajar-mengajar berlangsung, saya mengakhirinya. Tuan Suh juga terlihat sudah mengantuk. Sepertinya rasa kantuk saya menular ke Tuan Suh, hehe. Saya berpamitan kepada Tuan Suh dan segera menuju ke rumah dengan Vega merah saya.

Ketika sampai rumah, saya segera merebahkan diri di atas kasur. Hingga akhirnya.... Saya teringat kalau saya belum menciptakan sebuah tulisan untuk proyek 30 Days Writing Challenge. Saya menulis sesuka hati dan semampu kekuatan akhir mata saya. Daaan, jadilah tulisan yang kalian baca ini :).

Tetap semangat dalam menulis walaupun waktu luangmu sangat singkat. Kamu tidak akan pernah tahu berapa banyak orang yang mungkin akan terinspirasi oleh tulisanmu. Menulislah, karena dengan menulis, kamu bisa menunjukkan jejak-jejak kehidupanmu di dunia ini.
Read more...
separador

Rabu, 21 Oktober 2015

LAKON: PERIHAL ORANG MISKIN YANG BAHAGIA

Oleh Istiqomah Dian Kartini
(Konversi atas Cerpen Perihal Orang Miskin yang Bahagia Karya Agus Noor)

BABAK I
SAAT HARI SEDANG TERIK DI KANTOR KELURAHAN, ADA SEORANG YANG MISKIN KELUAR DARI KANTOR KELURAHAN ITU DENGAN RIANG GEMBIRA. ORANG MISKIN ITU TERLIHAT MEMEGANG SECARIK KERTAS.

ADEGAN I
ORANG MISKIN BERLARI KECIL. ORANG MISKIN MEMAMERKAN DAN MELAMBAI-LAMBAIKAN DENGAN BANGGA SECARIK KERTAS BERLAMINASI YANG BARU DIDAPATNYA DARI KANTOR KELURAHAN. ORANG MISKIN MEMULAI KHAYALANNYA.

ORANG MISKIN
(Memperlihatkan Kartu Tanda Miskin, yang baru diperolehnya dari kelurahan)
Aku sudah resmi jadi orang miskin. Lega rasanya, karena setelah bertahun-tahun hidup miskin, akhirnya mendapat pengakuan juga. Aku jadi tidak perlu merasa risau lagi bila pingin melakukan apa pun. Nanti, bila aku pingin berbelanja, aku tinggal menggeseknya.
(Menyimpan kartu itu di dompetnya yang lecek dan kosong)

ADEGAN II
SAAT SORE DAN SAMPAI DI RUMAH, ADA SESEORANG YANG SEDANG MENGINTIP KEBERSAMAAN ORANG MISKIN DENGAN KELUARGANYA. DIAM-DIAM ORANG TERSEBUT SUKA MENGINTIP RUMAH ORANG MISKIN.

AKU
(Mengintip rumah Orang Miskin sambil celingukan)

ORANG MISKIN
(Duduk melamun, sementara anak-anaknya yang dekil bermain riang menahan lapar)
Kelak, mereka pasti akan menjadi orang miskin yang baik dan sukses. Aku yakin itu.

AKU
(Melihat Orang Miskin itu menikmati teh pahit bersama istrinya dan mendengar Orang Miskin itu berkata mesra kepada istrinya)

ORANG MISKIN
(Meminta dengan mesra istrinya untuk bercerita)
Ceritakan kisah paling lucu dalam hidup kita….

ISTRI ORANG MISKIN
Kisah paling lucu dalam hidup kita ialah ketika aku dan anak-anak begitu kelaparan, lalu kami menyembelihmu.
(Tertawa bersama suaminya)

AKU
Aku selalu iri menyaksikan kebahagiaan mereka. Aku heran, mengapa mereka bisa sebahagia itu sedangkan mereka tidak memiliki apa-apa? Hmmm…
(Meninggalkan rumah Orang Miskin)

BABAK II
ESOKNYA, ORANG YANG MENGINTIP RUMAH ORANG MISKIN ITU BERUSAHA MENCARI TAHU LATAR BELAKANG ORANG MISKIN. 

ADEGAN I
ORANG ITU MENANYAI BEBERAPA ORANG DAN MENDENGAR BEBERAPA PENGAKUAN TENTANG ORANG MISKIN DARI BEBERAPA ORANG YANG DITANYAINYA ITU. ORIGINAL SOUNDTRACK: MINYAK WANGI.

AKU
(Mengucapkan salam dan menjabat tangan-tangan orang yang akan ditanyai)
Bapak-bapak kenal dengan Orang Miskin? Kira-kira, Orang Miskin itu seperti apa hidupnya?

ORANG 2
Memangnya kenapa anak muda ingin tahu tentang Orang Miskin? 
(Memelintir kumis tebalnya)

AKU
Aku heran, mengapa Orang Miskin itu selalu hidup bahagia. Padahal kan, dia hidup miskin.

ORANG 1
Oh… Orang Miskin itu dikenal ulet.

ORANG 2
(Meneruskan opini Orang 1)
Ia mau bekerja serabutan apa saja. Jadi tukang becak, kuli angkut, buruh bangunan, pemulung, tukang parkir.

ORANG 1
Pendeknya, siang malam ia membanting tulang, tapi alhamdulillah tetap miskin juga.

ORANG 1 & 2
(Tertawa terbahak-bahak)

AKU
Ya sudah deh bapak-bapak. Terima kasih.

ORANG ITU PERGI MENINGGALKAN ORANG-ORANG YANG DITANYAINYA PERIHAL ORANG MISKIN. TAPI RASA PENASARANNYA BELUM TERPUASKAN DENGAN JAWABAN-JAWABAN ITU.

ADEGAN II
SIANG MULAI BERGANTI PERLAHAN DENGAN SORE. ORANG ITU AKHIRNYA MENEMUI ORANG MISKIN DAN MENANYAKAN LANGSUNG KEPADA ORANG MISKIN TENTANG KEMISKINANNYA. ORANG MISKIN AKHIRNYA BERCERITA TENTANG KEMISKINANNYA.

AKU
Kamu kok bangga sih jadi orang miskin, bisa bahagia lagi?

ORANG MISKIN
(Mengingat ayahnya yang miskin, kakeknya yang miskin, juga simbah buyutnya yang miskin)
Barangkali aku memang turun-temurun dikutuk jadi orang miskin. Silsilah jadi orang miskin aja sudah dimulai sejak simbah buyutku. Aku harus bangga.

AKU
Oh….

ORANG MISKIN
(Melihat kedua telapak tangannya)
Aku pernah mendatangi seorang dukun agar garis buruk di tanganku ini bisa dihilangkan. Tapi dia malah bilang, “Kamu memang punya bakat jadi orang miskin. Mestinya kamu bersyukur, karena tidak setiap orang punya bakat miskin seperti kamu.”
(Tertawa)

AKU
Jadi, sejak saat itu kamu konsisten untuk miskin?

ORANG MISKIN
Iya, sepertinya.
(Tertawa)
(Sedikit berbisik)
Kadang bosan juga aku jadi orang miskin. Aku pernah berniat memelihara tuyul atau babi ngepet. Tapi kuurungkan. Aku pernah juga hendak jadi pelawak, agar sukses dan kaya. Kamu tahu kan, tak perlu lucu jadi pelawak. Cukup bermodal tampang bego dan mau dihina-hina.

AKU
Lalu kenapa kau tak jadi pelawak saja?

ORANG MISKIN
(Menangis)
Aku kenal orang miskin yang jadi pelawak. Bertahun-tahun ia jadi pelawak, tapi tak pernah ada yang tersenyum menyaksikannnya di panggung. Baru ketika ia mati, semua orang tertawa.

AKU
Miris….

ORANG MISKIN
Aku pernah kerja jadi badut. Kostumnya rombeng, dan menyedihkan. Setiap menghibur di acara ulang tahun, anak-anak yang menyaksikan atraksiku selalu menangis ketakutan.

AKU
Mengapa mereka menangis ketakutan?

ORANG MISKIN
Barangkali kemiskinan memang bukan hiburan yang menyenangkan buat anak-anak. Kadang-kadang, ketika merasa sedih dan lapar, aku suka mengibur diri di depan kaca dengan gerakan-gerakan badut paling lucu yang bahkan tak pernah bisa membuatku tertawa.
(Tersenyum kecut)

ADEGAN III
SIANG BERGANTI SORE. AKU MERASA PERUTNYA TELAH LAPAR. AKU BERKELUH KESAH KEPADA ORANG MISKIN TENTANG RASA LAPAR YANG DIRASAKANNYA.

AKU
Kamu tidak lapar? Dari tadi aku lihat, kamu tidak merasa kelaparan. Perutku saja sudah mulai berbunyi.
(Memegangi perutnya)

ORANG MISKIN
Aku akrab sekali dengan lapar. Setiap kali lapar berkunjung, aku selalu mengajaknya berkelakar untuk sekadar melupakan penderitaan. Atau, seringkali, aku mengajak lapar bermain teka-teki, untuk menghibur diri. Coba kamu tanyai aku, “Hiburan apa yang paling menyenangkan ketika lapar?”

AKU
Hiburan apa yang paling menyenangkan ketika lapar?

ORANG MISKIN
Musik keroncongan.

ORANG MISKIN DAN AKU PUN TERTAWA TERPINGKAL-PINGKAL.

ORANG MISKIN
(Diam, menatap Aku)
Aku punya kolega orang miskin yang aku kagumi. Dia merintis karier jadi pengemis untuk membesarkan empat anaknya. Sekarang satu anaknya di ITB, satu di UI, satu di UGM, dan satunya lagi di Undip.

AKU
(Kaget dan kagum)
Wah, hebat banget! Semua kuliah, ya?

ORANG MISKIN
Tidak. Semua jadi pengemis di kampus itu.

SUASANA MENJADI HENING SEJENAK. AKU MENANYAKAN KEPADA ORANG MISKIN TENTANG KELUARGANYA.

AKU
Anakmu ada berapa?

ORANG MISKIN
Aku punya tiga anak yang masih kecil-kecil. Paling tua berumur 8 tahun, dan bungsunya belum genap 6 tahun. Aku ingin mereka juga menjadi orang miskin yang baik dan benar sesuai ketentuan undang-undang. Setidaknya bisa mengamalkan kemiskinan mereka secara adil dan beradab berdasarkan Pancasila dan UUD 45. Itulah sebabnya aku tak ingin mereka jadi pengemis!

AKU
Tapi, seringkali kuperhatikan kamu begitu bahagia, ketika anak-anakmu memberinya recehan. Hasil dari mengemis.

ORANG MISKIN
Bila lagi punya uang hasil anak-anakku mengemis, aku memang suka memanjakan diri menikmati kopi. Orang miskin sepertiku perlu juga sesekali nyantai, kan? Lagi pula, beginilah nikmatnya jadi orang miskin. Punya banyak waktu buat leha-leha. 

(Menepuk pundak Aku)
Makanya, sekali-kali, cobalah jadi orang miskin. Kalau kamu miskin, kamu akan punya cukup tabungan penderitaan, yang bisa digunakan untuk membiayaimu sepanjang hidup. Kamu bakalan punya cadangan kesedihan yang melimpah. Jadi kamu nggak kaget kalau susah.
(Menyeruput kopinya penuh kenikmatan).

AKU
(Mengamati wajah orang miskin diam-diam sambil mengangguk)
Hmm…. Tapi aku rasa, kamu juga punya kesedihan dibalik kebahagiaanmu itu.

ORANG MISKIN
Jangan salah paham. Aku sedih bukan karena aku miskin. Aku sedih karena banyak sekali orang yang malu mengakui miskin. Banyak sekali orang bertambah miskin karena selalu berusaha agar tidak tampak miskin.

AKU
Kamu menyindirku?

ORANG MISKIN
Tidak.

AKU
(Nafas menggebu)
Lantas? Setelah mendengarkan ucapanmu tadi mendadak aku merasa kikuk dengan penampilanku yang perlente ini.

ORANG MISKIN
(Tertawa)
Itu urusanmu. Karena kamu yang merasa begitu.

AKU
Sial! Sudahlah. Lantas, apa yang kamu lakukan untuk menghilangkan kesedihanmu itu?

ORANG MISKIN
Bila lagi sedih aku suka datang ke pengajian. Tuhan memang bisa menjadi hiburan menyenangkan buat orang yang lagi kesusahan sepertiku Aku akan terkantuk-kantuk sepanjang ceramah, tapi langsung semangat begitu makanan dibagikan.
(Tertawa)

AKU
Itu namanya kau ingin mendekati makanan, bukan ingin mendekati Tuhan!

ORANG MISKIN
(Tertawa)
Sama sajalah. Dengan mendekati makanan, aku jadi bisa mendekati Tuhan.

BABAK III
SI MISKIN KEMBALI BERCERITA TENTANG SI MISKIN LAIN YANG DIKENALNYA. ADA YANG MEMBUAT TERPINGKAL HINGGA PERUT SAKIT, ADA PULA YANG MEMBUAT PILU HINGGA BERCUCUR AIR MATA.

ADEGAN I
DALAM SEBUAH PENGAJIAN KALA ITU, ADA YANG BERCERITA TENTANG SI MISKIN YANG RUMAHNYA DISATRONI PENCURI.

(Terdengar suara pintu yang terpaksa dibuka)

PENCURI
(Masuk mengendap-endap dan bicara berbisik)
Hmmmm, ada apa saja ya di rumah ini? Aku ingin mengambil sebuah televise kalau ada.

ORANG MISKIN LAIN
(Mengintip pencuri lalu bersembunyi di balik tirai)

PENCURI
Hoi!! Siapa itu?
(Berjalan mengendap menuju Orang Miskin)
Sedang apa kamu di situ?
ORANG MISKIN LAIN
Aku sedang sembunyi.

PENCURI
Kenapa kamu sembunyi?

ORANG MISKIN LAIN
Aku malu, karena aku tak punya apa pun yang bisa kamu curi. Rumahku ini tidak ada apa-apanya. Jangankan barang berharga, sandal pun aku hanya punya yang sebelah kiri, itu pun sudah bolong.

PENCURI
Alamak! Percuma juga dong aku mencuri di sini kalau kau tak punya apa-apa? Ya sudah deh aku pergi dulu. Maaf sudah mengganggu kamu. Dan… Maaf aku merusak pintumu. Semoga kamu nggak miskin lagi, agar aku bisa merampok kamu.

ORANG MISKIN LAIN
Ya, kalau aku sudah tidak miskin lagi, aku tidak akan sembunyi kalau kau kembali mencuri.

ADEGAN II
SI MISKIN KEMBALI BERCERITA TENTANG SI MISKIN LAIN YANG NASIBNYA SELALU JELEK, SELALU DIJADIKAN KAMBING HITAM MESKIPUN TIDAK BERSALAH.

ORANG MISKIN
Aku punya satu cerita lagi.

AKU
Coba ceritakan.

ORANG MISKIN
Aku pernah ditangkap polisi. Saat itu, di kampungku memang terjadi beberapa kali pencurian, dan sudah sepatutnyalah aku sebagai orang miskin dicurigai. Aku diinterogasi dan digebugi. Dua hari kemudian baru dibebaskan. Berminggu-minggu wajahku bonyok dan memar.

AKU
Wah, kau tidak menuntut?

ORANG MISKIN
Menuntut? Menuntut kepada siapa? Tidak ada yang mau, tuh! Aku diberi uang agar tak menuntut. Beginilah enaknya jadi orang miskin, Dituduh mencuri, dipukuli, dan dikasih duit! Sejak itu, setiap kali ada yang kecurian, aku selalu mengakui kalau akulah pelakunya. Dengan harapan ia kembali dipukuli lalu dikasih duit.
(Tertawa)

AKU
Dasar tidak waras!

ORANG MISKIN
Ada lagi cerita pilu menyayat hati. Kau mau dengar?

AKU
Berapa banyak lagi? Ya sudah, cepat ceritakan!

ORANG MISKIN
Ini cerita orang-orang miskin yang mati karena bunuh diri. Ada seorang perempuan yang baru saja melahirkan lalu ia membakar dirinya sendiri dan anak-anaknya. Anaknya sudah selusin, suaminya minggat, dan ia merasa repot kalau mesti menghidupi satu jabang bayi lagi. Makanya ia memilih membakar diri. 

AKU
Wah, tragis sekali hidupnya. Lalu bagaimana nasib perempuan itu?

ORANG MISKIN
Perempuan itu ditemukan mati gosong, sambil mendekap bayi yang disusuinya. Orang-orang yang mengangkat mayatnya bersumpah, kalau air susu perempuan itu masih menetes-netes dari putingnya.

AKU
Kasihan.

ORANG MISKIN
Sepertinya ini memang lagi musim orang miskin bunuh diri. Dua hari lalu, ada seorang ibu sengaja menabrakkan diri ke kereta api sambil menggendong dua anaknya. Ada lagi sekeluarga orang miskin yang kompak menenggak racun. Ada juga suami istri gantung diri karena bosan dililit hutang. Aku begitu kecewa dibuatnya.

AKU
Kenapa kau kecewa?

ORANG MISKIN
Aku kecewa pada orang-orang miskin itu. Tak gampang memang jadi orang miskin, Hanya orang miskin gadungan yang mau mati bunuh diri. Untunglah, sekarang aku sudah resmi jadi orang miskin.
(Menepuk-nepuk dompet di pantat teposnya)
Ini bukti kalau aku orang miskin sejati.

BABAK IV
SETELAH BERCERITA PANJANG LEBAR TENTANG ORANG MISKIN LAIN YANG MATI BUNUH DIRI, ORANG MISKIN ITU KEMBALI MENUNJUKKAN KEBANGGAANNYA MENJADI ORANG MISKIN.

ADEGAN I
ORANG MISKIN MEMAMERKAN KEBANGGAANNYA SETELAH MENDAPATKAN KARTU TANDA MISKIN.

ORANG MISKIN
(Menunjukkan Kartu Tanda Miskin dari kelurahan)
Coba lihat, nih. Aku juga punya kartu nama sekarang. Di kartu nama ini bertengger dengan gagah namaku, tempat tinggalku, dan jabatanku: Orang Miskin.

AKU
Iya, kamu memang jadi kelihatan lebih keren sebagai orang miskin.

ORANG MISKIN
Iya, aku suka keliling kampung setelah mendapat kartu miskin ini, menenteng ponsel, sambil bersiul entah lagu apa. Sekarang anak-anakku tak perlu lagi repot-repot mengemis dengan tampang dimelas-melaskan. Buat apa? Toh sekarang kami sudah nyaman jadi orang miskin. Tak sembarang orang bisa punya Kartu Tanda Miskin seperti ini.
(Menunjukkan Kartu Tanda Miskinnya lagi)

ADEGAN II
ORANG MISKIN MENGAJAK AKU MERAYAKAN PERESMIAN KEMISKINANNYA. AKU DIAJAK KE WARUNG YANG BIASA DIHUTANGINYA. SEMANGKUK SOTO, AYAM GORENG, SAMBAL TERASI DAN NASI YANG TAMBAH SAMPAI TIGA KALI DISANTAPNYA DENGAN LAHAP. SEMENTARA AKU HANYA MEMANDANGINYA.

AKU
Kamu yakin ingin mengajakku makan di sini? Kamu tidak sedang ngelindur kan?

ORANG MISKIN
Yakin. Apa kamu meragukanku hanya karena aku orang miskin? Ayo duduk!
(Memilih satu tempat, kemudian duduk, memanggil pelayan, dan memesan makanan)

AKU
(Terkejut)
Banyak sekali yang kamu pesan?

ORANG MISKIN
Ya. Biasa sajalah. Tak usah kaget begitu.

TAK LAMA, MAKANAN PESANAN MEREKA DATANG.

ORANG MISKIN
(Mempersilakan Aku untuk makan)
Ayo, kita habiskan makanan ini. Aku sangat lapar. Kamu tahu kan kalau aku sering menahan rasa lapar?

AKU
(Memandangi makanan dan melihat Orang Miskin makan dengan lahap)

ORANG MISKIN
Kamu kok diam saja? Tidak lapar? Kalau kamu tak mau makan, biar aku saja yang menghabiskan makanan-makanan ini.
(Meneruskan makan)

AKU
(Berpikir di dalam hati)
Perasaanku tidak enak tentang hal ini.

ORANG MISKIN
(Menenggak minuman dan sendawa)
Kenyang sekali rasanya. Hari ini aku puas makan. Terima kasih telah mau merayakan kemiskinanku. Karena aku telah benar-benar resmi jadi orang miskin, sudah sepantasnya kalau kamu yang membayar semuanya.
(Tertawa puas dan pergi meninggalkan Aku sambil bersiul)

AKU
Apa? Oh, gemblung!

HENING SEJENAK, LALU AKU BERTANYA KEPADA ORANG MISKIN TENTANG KESEHATANNYA

AKU
Kau tidak pernah sakit?

ORANG MISKIN
Sebagai manusia normal, tentu aku pernah sakit.

AKU
Lantas, kau berobat?

ORANG MISKIN
Ketika tubuhku digerogoti penyakit, dengan enteng aku melenggang ke rumah sakit. Aku juga menyerahkan Kartu Tanda Miskin pada suster jaga. Karena banyak bangsal kosong, suster itu menyuruhku menunggu di lorong. Begitulah enaknya jadi orang miskin, dapat fasilitas gratis tidur di lantai. Dan aku dibiarkan menunggu berhari-hari.

AKU
Setelah itu, apa yang terjadi?

ORANG MISKIN
Setelah tanpa pernah diperiksa dokter, aku disuruh pulang. “Anda sudah sembuh,” kata perawat, lalu dia memberiku obat murahan. 

AKU
Kamu tak menyekolahkan anak-anakmu?

ORANG MISKIN
Aku tenang anak-anakku tak bisa sekolah.

AKU
Mengapa begitu?

ORANG MISKIN
Buat apa mereka sekolah? Entar malah jadi kaya. Kalau mereka tetap miskin, malah banyak gunanya, kan? Biar ada yang terus berdesak-desakan dan saling injak setiap kali ada pembagian beras dan sumbangan. Biar ada yang terus bisa ditipu setiap menjelang pemilu. Kau tahu, itulah sebabnya, kenapa di negeri ini orang miskin terus dikembangbiakkan dan dibudidayakan.

AKU
(Mengeluarkan amplop berisi uang dari kantongnya lalu terdiam)
Oh, begitu, ya. Kau orang miskin yang begitu idealis dan berprinsip.
(Menyelipkan kembali amplop berisi uang ke kantongnya)

ADEGAN III
BEBERAPA HARI SETELAH PERTEMUAN ITU, AKU MENDENGAR BAHWA ORANG MISKIN TELAH MENINGGAL DUNIA. AKU MENDATANGI RUMAH ORANG MISKIN UNTUK MEMBUKTIKAN KABAR KEMATIAN ORANG MISKIN. SAAT SAMPAI DI RUMAH ORANG MISKIN, AKU MELIHAT ISTRI DAN ANAK-ANAK ORANG MISKIN ITU MENANGIS.

ISTRI ORANG MISKIN
Oalah, Pak, Pak. Kok kamu matinya sekarang, toh? Aku bingung harus pinjem uang ke mana lagi. Aku sudah pontang-panting ke sana ke sini. Aku bingung mesti beli kain kafan, nisan, sampai harus bayar lunas kuburanmu, Pak. Kalau nggak dikubur, bagaimana nasibmu, Pak, nasib kita? Jangan mati dulu, Pak. Mati itu lebih mahal dari hidup.
(Menangis di samping jasad suaminya)

PELAYAT 1
Bagaimana, mau dikubur tidak?

PELAYAT 2
Iya, kita sudah lama menunggu. Kapan Orang Miskin ini dikuburkan? Kami sudah capek.
(Pelayat-pelayat lain ikut menyahut)

MENDENGAR KEGADUHAN DI RUMAHNYA, ORANG MISKIN YANG BERBARING DI DIPAN KHUSUS MAYAT AKHIRNYA BANGUN. AKU DAN PARA PELAYAT TERKEJUT MELIHAT ORANG MISKIN YANG TIBA-TIBA HIDUP KEMBALI. BUKANNYA TAKUT, MEREKA MALAH MENGHUJAT ORANG MISKIN ITU.
SEJAK PERISTIWA ITU, ORANG MISKIN JADI SERING MURUNG. MUNGKIN KARENA BANYAK ORANG YANG KINI SELALU MENGOLOK-OLOKNYA.

WARGA 1
(Mencibir Orang Miskin yang melintas di depannya)
Dasar orang miskin keparat. Mau mati saja pakai nipu.

WARGA 2
Iya. Apa dikira kita nggak tahu, itu kan akal bulus biar dapat sumbangan? Mikir dulu kalau mau nipu. Pakai pura-pura mati segala. Nanti mati beneran baru tahu rasa!

WARGA 3
Dasarnya dia emang suka menipu, kok! Ingat nggak, dulu ia sering keliling minta sumbangan, pura-pura buat bikin masjid. Padahal hasilnya ia tilep sendiri buat beli apa-apa yang ia mau.

WARGA 1
Kalian tahu, kenapa dia tak jadi mati? Karena neraka pun tak sudi menerima orang miskin kayak dia! Sudah miskin, suka nipu lagi!

WARGA 1, 2, DAN 3
(Tertawa terbahak-bahak)

ORANG MISKIN
(Berbisik)
Sial. Aku tak bisa mempertahankan nama baik miskinku.
(Berteriak)
Hei warga sekalian, pasti akan tiba saatnya kalian berada di posisiku meskipun aku belum pasti berada di posisi kalian. PASTI! Tunggu saja giliran kalian. Aku miskin, tapi aku bermartabat. Tidak seperti kalian yang hanya bisa merendahkan tanpa mau direndahkan.

SEJAK SAAT ITU, ORANG MISKIN TIDAK PERNAH TERLIHAT LAGI BANGGA MENUNJUKKAN KARTU TANDA MISKINNYA. TIDAK LAGI TERLIHAT MENENTENG TELEFON GENGGAMNYA DAN TIDAK PERNAH LAGI MENYOMBONGKAN KEMISKINANNYA.


*Terima kasih kepada Defi Salsa Utariani. Berkatmu, aku membuat karya ini. :* :)*
Read more...
separador

Minggu, 21 Juli 2013

Tuhan Suka Bermain

Teruntuk Nike, Kiki, dan Butet
pada jalan berliku itu aku berjalan
menapaki pilihan hidup yang terlanjur kuambil
menyesal...
memilukan...

detik-detik yang berlalu telah kuhitung
tik tok tik tok tik tok
langkah tiga pasang kaki terdengar mendekat
tap tap tap tap tap
mengetuk pintu
tok tok tok tok tok
kubuka pintu yang terkunci lama

tiga wajah beriaskan surga mendekat
tiga pasang tangan bergambar surga mendekap

tiga tahun belakangan ini, aku mengecup surga
ya, surga Tuhan yang indah
penuh dengan taman dan takkenal malam
begitu melenakan
penyesalan menjelma pensyukuran

Tuhan punya banyak cara untuk bermain
pertemuan langgeng dengan perpisahan
takapa jika perpisahan akan menjadi indah
tapi tetap saja aku taksuka caraNya bermain

pria berbaju putih yang entah dari surga atau neraka datang
Tuhan memandatkannya
hanya satu dari penghuni surga yang mengerti kedatangannya
dia menuntunku
dia menjauhkanku dari pikiran buruk tentang seseorang berbaju putih

sungguh buruk kabar yang dibawanya
katanya, Tuhan rindu padaku
katanya lagi, Tuhan ingin aku pulang
katanya sekali lagi, lebih memekik tenggorokan, Tuhan hanya memberiku sedikit waktu

tiga sosok surga selalu menggandengku
takmembiarkanku sendiri
tiga sosok surga selalu mendengarku
takmembiarkanku terdiam
hanya satu sosok surga yang selalu memperingatiku
tak membiarkanku lupa
lupa semua darah yang telah kupersembahkan

aku masih dalam permainan Tuhan
gaya menangkis, gaya menyerang, gaya bertahan, telah kulakukan
aku takmenang, Tuhan sepertinya tetap menginginkanku pulang
caraNya bermain melebihiku
jika kalah, aku kembali pada satu sosok surga

Tuhan sepertinya benar-benar menginginkanku pulang
dia ingin menanyakan tanggung jawabku

baiklah, aku serahkan pada bulan ke sebelas
jika kalah, aku bersedia pulang

Tuhan, hingga bertemu bulan ke sebelas, aku ingin memberi tiga sosok surga senyum terindahku
Tuhan, aku ingin tiga sosok surga tahu besarnya sayangku
Tuhan, aku ingin tiga sosok surga selalu mengingatku jika aku harus pulang
Tuhan, aku ingin tiga sosok surga bahagia dalam hidupnya

hanya saja Tuhan...
pada bulan ke sebelas, hari ke empat belas, aku ingin melihat angka 21 di atas kue tart milik satu sosok surga
menepukkan irama lagu pertambahan usia dan menyantap kue tart bersama dua sosok surga
jika taksempat, maka aku titipkan padaMu

sekarang Tuhan, kuteruskan permainan yang telah kaususun hingga finish.......





Kediri, 14 Juli 2013
tengah malam, dalam kamar bersama tiga sosok surga
yang sedang merajut mimpi




Istiqomah Dian Kartini

Tiga penghuni surga yang menjagaku :)
Read more...
separador

Malaikat-Malaikat Tuhan Itu Adalah...

Tuhan begitu baik padaku yang jahat padaNya
ya, Dia memberiku bukan hanya satu, tapi tiga Malaikat
Malaikat-malaikat takbersayap
Malaikat-malaikat berhati mulia

Malaikat ke satu begitu lugu
Tuhan seolah begitu dekat dengannya
dia tahu tentang kesakitanku
kesakitan yang takdiketahui oleh dua lainnya
jika diingat, namanya pernah dimiliki oleh Dewi Kemenangan dan Kekuatan
sesuai namanya, dia selalu memberiku kekuatan agar bisa menang dari kesakitanku

Malaikat ke dua begitu keibuan
Tuhan pun dekat dengannya
layaknya seorang ibu, dia paling peka perasaannya
ya, mungkin dia memang dapat menenangkan segala ketegangan dan emosi buruk, sesuai namanya
kedua Malaikat lainnya pun dapat ditenangkannya

Malaikat ke tiga begitu ceria
Tuhan pun takkalah dekat dengannya
dia pendonor tawa terbanyak untukku dan dua Malaikat lain
sesuai namanya, dia gambaran ragam budaya
keteguhan yang luar biasa ia simpan
dia selalu mengajarkanku untuk ceria dan tegar

Tuhan, terima kasih untuk para Malaikat yang kaukirim
aku takbisa mengucap janji sebagai penjaga
tapi aku bisa mengucap janji sebagai pencinta dan penyayang bagi ketiganya
semua kulakukan hingga Kau memintaku pulang

untuk ketiga Malaikat Tuhan, aku tanpamu, taksanggup...



Kediri, 11 Juli 2013
masih di dalam kamar bersama tiga Malaikat Tuhan



Istiqomah Dian Kartini
Read more...
separador

Tak Kutemukan Judul

musim hujan bulan Juli aku berjalan jauh
tangan-tangan Malaikat Tuhan kugandeng
setiap kubangan yang menyapa kulewati
pada hitungan ke tiga kulompati

malam ke satu aku kesakitan
semua rasa sakit kutolak
tak ingin jika para Malaikat Tuhan kehilangan tawa
wajah mereka kupandangi
segala keperihan raga kuterjang

malam ke dua aku berdosa
tawa para Malaikat Tuhan kuhilangkan
paku-paku yang menancap otak takbisa kucabut
aku terbaring, takbisa berkata, "Aku baik-baik saja."

untukmu aku ingin berkata, "Aku baik-baik saja. Tolong beri aku tawa sebelum aku kehabisan waktu."




Kediri, 11 Juli 2013
di dalam kamar bersama tiga Malaikat Tuhan



Istiqomah Dian Kartini
Read more...
separador

Kamis, 25 Oktober 2012

Tangan Halus


tangan halus itu selalu kupandangi
seputih awan di langit cerah
menggaungkan keinginan menyentuh
menghilangkan dahaga hati

tangan halus itu selalu kepegangi
halus, sehalus sutera
menghantarkan kehangatan
mendendangkan lagu hati

tangan halus itu selalu kuelus
mengasah agar tetap halus
menciptakan kedamaian
menggetarkan dawai hati

***
tangan halus itu menyentuh pipi dingin ini
menghantarkan kehangatannya
mendesirkan saraf sekujur tubuh
menggoyahkan keyakinan

tangan halus itu mengelus pipi yang menghangat ini
makin menghantarkan kehangatan
makin mendesirkan saraf
makin menggoyahkan keyakinan




Surabaya, 25 Oktober 2012



Istiqomah Dian Kartini
Read more...
separador

Kamis, 04 Oktober 2012

Dom Dome Dom

di tengah kerumunan ada dirimu
di balik berjuta bayangan ada bayangmu
di berbagai pesona ada wajahmu

mata ini hanya terfokus pada satu
satu yang tak akan pernah aku lepaskan
pikiran ini hanya terbayang akan satu
satu yang tak mungkin absen dari pikiran

ketika kedua mata saling berhadapan
sungguh getaran itu tak dapat kuhentikan
ketika masing-masing pikiran terkoneksi
aku hanya bisa memendam kesenangan dalam hati

mata dan pikiran ini bisa kukendalikan
tapi harus kuapakan hati yang telah sangat mendambamu?
bisa saja mata dan pikiran ini tak terkoneksi
tapi bisakah hati yang telah sangat memerah ini kutumbalkan?

aku hanya bisa terdiam dalam kegamangan hati
sungguh tak ada lagi arti jika nanti hatimu telah terkoneksi
luka hati ini tak terperi
mengingat kau dan aku tak akan bersama sampai nanti




Kamis, 4 Oktober 2012
Di bangku-bangku ketika aku menatapmu


Istiqomah Dian Kartini
Read more...
separador

Followers

Pengunjung

Twitter